Pemprov Kalsel Siaga Penuh, Status Tanggap Darurat Banjir dan Longsor Ditetapkan

SOEARAKALSEL.COM, BANJAR – Menanggapi cuaca ekstrem yang melanda wilayah Kalimantan Selatan sejak Jumat (26/12/2025), Pemprov Kalimantan Selatan segera  menaikkkan menjadi  status Tanggap Darurat Bencana Banjir dan Tanah Longsor pada Selasa (30/12/2025).

Keputusan ini diambil usai digelarnya Rapat Koordinasi (Rakor) komprehensif bersama jajaran Forkopimda Kalsel, instansi lembaga vertikal, serta perwakilan pemerintah kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan.

Sekdaprov Kalsel M Syarifudin ditemui saat mendampingi Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq meninjau lokasi terdampak banjir di Bincau Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar, mengatakan Pemprov Kalsel telah koordinasi dengan pemerintah kabupaten kota se Kalsel terkait penanganan banjir dan longsor. “ Kita segera melakukan koordinasi terkait penetapan status darurat bencana dengan Gubernur Kalsel H Muhidin,” kata Syarifudin di Martapura.

Laporan Situasi dari Daerah 

Dalam rakor BPBD Se Kalsel Selasa (30/12/2025), masing-masing BPBD kabupaten/kota memaparkan laporan terkini mengenai perkembangan dampak cuaca buruk di wilayah mereka. Sebagian besar daerah melaporkan adanya kenaikan debit air dan ancaman pergerakan tanah akibat curah hujan tinggi yang konsisten selama lima hari terakhir.


Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Hanif Faisol Nurofiq, saat melakukan kunjungan langsung ke kawasan terdampak banjir di Desa Bincau, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Selasa.

Dalam kunjungannya, Hanif Faisol menegaskan bahwa persoalan banjir di wilayah tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakter alami kawasan serta aktivitas manusia yang tidak taat terhadap prinsip-prinsip lingkungan.

“Secara ekologis, wilayah Bincau merupakan kawasan rawa dan daerah simpanan air. Kondisi ini menjadikan wilayah tersebut sangat rentan tergenang, terutama saat intensitas hujan meningkat,” ujarnya.

Ia menjelaskan, kawasan tersebut secara alami berfungsi sebagai tempat air berdiam dan tertampung sebelum mengalir ke sungai. Namun, ketika curah hujan tidak terlalu tinggi, kawasan tersebut kerap terlihat seperti daratan sehingga dimanfaatkan sebagai permukiman.

“Padahal secara ekologis, kawasan ini tidak pernah lepas dari risiko banjir. Ini adalah daerah air, bukan daratan kering,” katanya. (Ang/Mc Kalsel)
Lebih baru Lebih lama